Kamis, 24 April 2014

Metode Discovery & Penanaman Nilai-nilai Kode Kehormatan Pramuka (Contoh Penerapan)



Pengantar

Mengacu pada AD/ART Gerakan Pramuka,  Kode Kehormatan Pramuka terdiri dari janji yang disebut satya (tri satya dan dwi satya) dan ketentuan moral  yang disebut darma (dasa darma dan dwi darma). Kode kehormatan sebagai ketentuan moral  merupakan  budaya organisasi Gerakan Pramuka yang melandasi sikap dan perilaku setiap anggota Gerakan Pramuka dalam melaksanakan kegiatan berorganisasi. (Selengkapnya lihat entri :  Kode Kehormatan Pramuka).

Salah satu tugas Pembina Pramuka adalah menanamkan nilai-nilai  yang terkandung dalam kode kehormatan agar dapat dipahami, dihayati dan diamalkan oleh para Pramuka. Bahkan Pendidikan Kepramukaan sebagai pendidikan karakter pada hakikatnya merupakan upaya penanaman nilai-nilai yang terkandung dalam kode kehormatan dimaksud secara terus menerus.

Banyak metode yang bisa digunakan oleh para Pembina untuk menanamkan nilai-nilai Kode Kehormatan Pramuka, salah satu diantaranya adalah metode discovery. Meski metode ini awalnya  digunakan untuk pelatihan science namun dengan modifikasi dan kreativitas metode ini menarik untuk dijadikan metode pendidikan dan penanaman nilai-nilai yang terkandung dalam kode kehormatan pramuka.
Di bawah ini adalah contoh prosedur dan model penerapan metode discovery untuk penanaman nilai-nilai yang terkandung dalam kode kehormatan pramuka. Secara khusus yang akan dipakai adalah metode penemuan terapan atau metode discovery terbimbing.

Persiapan

Kakak Pembina ingin menanamkan nilai-nilai Kode Kehormatan Pramuka yang salah satunya adalah pentingnya nilai - nilai "kecintaan pada alam". Pada tahap persiapan, Kakak Pembina harus menetapkan terlebih dahulu  tema, tujuan, alat peraga yang dibutuhkan dan lembar kegiatan peserta didik.

Menetapkann Tema :

Tema latihan akan dikomunikasi pada peserta didik di awal kegiatan. Oleh sebab itu harus disusun secara menarik dan sesuai dengan alam Pramuka saat ini. Salah satu contoh tema, misalnya : "Cinta Alam, Tanggungjawab dan Gaya Hidup Penggalang Masa Kini, Mungkinkah ?"

Menetapkan Tujuan :

Menetapkan tujuan sangat penting karena akan menjadi panduan Pembina didalam mendampingi peserta didik berdiskusi. Sebagaimana umumnya proses pendidikan maka dalam menetapkan tujuan  harus mempertimbangkan 3 ranah perubahan perilaku peserta didik yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.

Tujuan pendidikan adalah terjadinya perubahan perilaku peserta didik setelah mengikuti sebuah proses pendidikan. Ubahan perilaku tersebut umumnya mengacu pada kata kerja operasional dalam Taksonomi Bloom yang meliputi ketiga ranah yaitu penalaran, penghayatan dan pengamalan (selengkapnya lihat entri/topik : Taksonomi Bloom).

Mengacu pada tema di atas, kira-kira tujuan pelatihan yang bisa ditetapkan dalam kegiatan ini, kurang lebih sbb :
  • Para Penggalang mampu mengidentifikasi problem-problem lingkungan yang terjadi di sekitar lingkungan kehidupannya.
  • Para Penggalang mampu mengkombinasikan antara upaya pemecahan problem lingkungan dan peran yang bisa dilakukan oleh dirinya, keluarganya, masyarakat bahkan bangsanya.
  • Para Penggalang mampu  melaksaakan program bersih-bersih lingkungan baik dilakukan sendiri maupun dengan berkelompok

Alat Bantu Yang Dibutuhkan

Alat bantu/peraga untuk mendukung penerapan metode ini, adalah :
  • Alat peraga (foto, berita, gambar, video, dll) tentang berbagai kerusakan alam yang terjadi didunia dan akibatnya bagi manusia.
  • Konsep Pendidikan Nilai tentang Pentingnya Mencintai Alam (dari sisi agama, lingkungan budaya, sosial, ekonomi, dll).
  • Lambar Kerja Peserta Didik
  • Kertas Karton, Spidol & Papan Tulis

Siapkan Hadiah yang menarik

Untuk membuat diskusi lebih dinamis dan menyenangkan, Kakak Pembina sebaiknya menyiapkan beberapa hadiah yang akan dibagikan setiap selesai diskusi. Upayakan setiap regu memperoleh hadiah sesuai dengan prestasi masing-masing, misalnya :  regu dengan  ide paling unik, paling kompak, paling seru, paling dinamis/antusias, dll. Prinsipnya semua regu haruss memperoleh hadiah sesuai dengan upayanya masing-masing.

Pelaksanaan

Pembukaan

Setelah Upacara Pembukaan Latihan, Kakak Pembina menjelaskan bahwa topik latihan hari ini tentang Kode Kehormatan Pramuka dengan tema "Cinta Alam, Tanggungjawab dan Gaya Hidup Penggalang Masa Kini, Mungkinkah". Sebagai pengantar Kakak Pembina menjelaskan apa itu cinta alam dari berbagai segi (agama, sosial, budaya, lingkungan, ekonomi, dsb), kenapa alam perlu dicintai, fungsi alam untuk mendukung kehidupan manusia, dan berbagai kejadian bencana alam yang merugikan umat manusia. Agar penjelasan menarik perlu disertakan alat peraga baik foto, gambar, video, dll.

Selanjutnya Kakak Pembina, meminta para Penggalang berkelompok sesuai regu masing-masing untuk berdiskusi  dengan tahapan dan topik yang telah ditetapkan.

Diskusi Putara 1 :

Kakak Pembina membagikan "lembar kerja peserta didik"  untuk diisi berdasar hasil diskusi regu. Diskusi putaran pertama bertujuan mendorong  peserta didik  agar mampu menemukan fakta/ fenomena  problem-problem lingkungan di sekitar lingkungan terdekatnya.

Waktu untuk diskusi hendaknya jangan terlalu lama, hanya sekitar 5 - 10 menit. Tidak semua kotak harus diisi seluruhnya. Isian kotak adalah  kalimat yang pendek-pendek atau kalimat pernyataan yang jelas menggambarkan fakta/fenomena/keadaan.

Lembar kerja peserta didik di diskusi putaran pertama ini  kurang lebih akan berupa :


Setelah peserta didik selesai diskusi putaran pertama, Kakak Pembina meminta masing-masing regu melaporkan hasil temuannya dan dicatat di papan tulis. Jika ada regu yang tidak berhasil mengisi kotak tertentu dibiarkan saja. Kotak-kota yang kosong dapat diisi bersama antara Kakak Pembina dengan semua anggota regu.

Berdasarkan paparan masing-masing kelompok, Kakak Pembina kemudian menyimpulkan di papan tulis temuan-temuan tiap regu, kira-kira hasilnya akan seperti :


Dari tabel di atas, Kakak Pembina meminta semua regu untuk menyusun sebuah cerita dalam 3 sampai 5 kalimat dengan gaya bebas namun harus mengacu pada pokok-pokok temuan diskusi seperti tercantum pada tabel atas.

Misalnya Regu Harima menyatakan  : "Menjaga lingkungan adalah tanggungjawab semua keluarga, warga rt/rw dan juga warga kalurahan. Sampah akan menjadi masalah lingkungan kalau tiap keluarga membuang begitu saja. Sampah akan bermanfaat jika saja di tiap RT/RW mendirikan Bank Sampah untuk didaur ulang" 

(Catatan : mengapa dibikin cerita ? :
  • Hasil diskusi sebagaimana tercantum di atas masih berupa fenomena/fakta-fakta yang tentu saja masih susah diingat apalagi dihayati.
  • Sebuah cerita umumnya mudah diingat dan diinternalisasi dalam pikiran, perasaan dan mudah dijadikan  motivasi berkarya.
  • Sebuah cerita umumnya lebih menarik dan ekspresif  karena fakta yang sama bisa diceritakan dengan gaya humor, gaya sedih, gaya gembira, gaya motivatif, gaya inspiratif, dsb)

Setelah semua regu diminta menyusun cerita, sebelum memasuki diskusi putaran dua Kakak Pembina memberikan penghargaan, misalnya  kepada regu yang dianggap paling dinamis atau yang ceritanya sangat menarik.  Dapat juga diselingi dengan bernyanyi, bermain tepuk tangan, yel-yel, dsb.

Diskusi Putaran 2 :
Diskusi putaran kedua merupakan kelanjutan diskusi putaran pertama. Pada putaran kedua ini  para Peserta Didik didorong untuk mampu menemukan fokus masalah lingkungan dengan derajat  yang ideal/bagus, rusak atau sangat rusak.

Lembar kerja peserta didik di putaran kedua ini kurang lebih, sbb :

Setelah peserta didik selesai diskusi putaran kedua, Kakak Pembina kembali  meminta masing-masing regu melaporkan hasilnya dan dicatat di papan tulis. Tidak semua regu harus mampu mengisi semua kolom yang ada.  Kotak-kotak yang kosong diisi bersama antara Kakak Pembina dan semua anggota regu.

Berdasarkan paparan masing-masing regu, Kakak Pembina kemudian menyimpulkan dan ditulis di  papan tulis. Kira-kira hasilnya akan seperti :



Selesai semua tabel diisi, Kakak Pembina meminta semua regu untuk kembali menyusun sebuah cerita dalam 3 sampai 5 kalimat dengan gaya bebas namun mengacu pada pokok-pokok temuan diskusi di atas.

Misalnya Regu Garuda  menyatakan  : "Sungguh menyedihkan ruang terbuka hijau di lingkungan kotaku sangat rusak, pohon-pohon mati, rumput liar tumbuh di mana-mana, air menggenang di berbagai sudut sehingga menjadi sumber penyakit  seperti demam berdarah, pernafasan, alergi dan berbagai penyakit lainnya. Tentu hal ini tidak bisa dibiarkan sebab ruang terbuka hijau adalah sumber oksigen, keindahan kota dan tempat rekreasi"

Setelah semua regu diminta menyusun cerita dan sebelum memasuki diskusi putaran tiga  Kakak Pembina kembali memberikan penghargaan, misalnya  kepada regu yang idenya  sangat menarik, pendapatnya beragam, dsb.  Dapat juga diselingi dengan bernyanyi, bermain tepuk tangan, yel-yel, dsb.

Diskusi Putaran 3 :

Diskusi putaran ketiga merupakan kelanjutan diskusi putaran pertama dan kedua. Pada putaran ketiga ini para Peserta Didik didorong untuk mampu menemukan dan merumuskan peran individu maupun kelompok dalam menciptakan lingkungan yang ideal.

Lembar kerja peserta didik di putaran kedua ini kurang lebih, sbb :


Setelah peserta didik selesai diskusi putaran ketiga,  Kakak Pembina kembali meminta masing-masing regu melaporkan kembali hasil temuanya dan dicatat di papan tulis. Tidak semua regu harus mampu mengisi semua kolom yang ada.  Kolom yang masih kosong kembali diisi oleh Kakak Pembina dengan seluruh anggota regu.

Berdasarkan paparan masing-masing kelompok, Kakak Pembina kemudian menyimpukan dan menuliskannya di papan tulis.  Kira-kira hasilnya akan seperti :



Setelah semua kolom terisi, , Kakak Pembina meminta semua regu untuk menyusun kembali  sebuah cerita dalam 3 sampai 5 kalimat dengan gaya bebas namun mengacu pada pokok-pokok temun diskusi di atas.

Misalnya Regu Singa  menyatakan  : "Kami regu singa adalah pribadi-pribadi yang cinta lingkungan. Mulai saat ini kami tidak akan lagi membuang sampah sembarangan, dengan sukarela membersihkan selokan, menyingkarkan benda-benda dijalan yang menggangu lalu lintas dan giat ikut serta menjaga ruang terbuka hijau di lingkungan kami. Semua itu kami lakukan karena kami bersemboyan Pramuka cinta alam sepanjang hayat dikandung badan ..."

Setelah semua regu diminta menyusun cerita dan sebelum memasuki diskusi putaran keempat  Kakak Pembina kembali memberikan penghargaan, misalnya  kepada regu yang paling kompak, dinamis dan bekerjasama dengan baik.  Dapat juga diselingi dengan bernanyi, bermain tepuk tangan, yel-yel, dsb.


Diskusi Putaran 4/Penutup
Temuan-temuan pada diskusi putaran pertama, kedua dan ketiga merupakan tahap mengidentifikasi, menggolongkan,  menjelaskan berbagai fakta/fenomena  yang terkait dengan keadaan lingkungan disekitar peserta didik.

Diskusi putaran 4 merupakan tahap  perumusan hasil-hasil temuan dengan cara menarik kesimpulan baik yang berupa hubungan sebab akibat, hubungan subyek dan obyek, hubungan pengaruh mempengaruhi antar fakta/fenomena yangg berhasil ditemukan peserta didik dalam ketiga tahap diskusi di atas.  Dari hubungan-hubungan tersebut peserta didik  dibimbing untuk merumuskan  konsep pemikiran, cara menyikapi dan rencana aksi sebagai perwujudan nilai-nilai cinta alam.

Perumusan hasil-hasil temuan ini mengacu pada tujuan, tema dan hasil diskusi baik yang  berupa rangkaian fakta maupun fakta yang telah disusun dalam sebuah cerita oleh tiap regu. Kakak Pembina dapat lebih aktif agar perumusan ini bisa dilakukan dengan baik.

Perumusan hasil temuan harus diupayakan agar meliputi ranah penalaran, penghayatan dan pengamalan.  kelompok. Hasil perumusan akan berbeda-beda karena terkait dengan minat dan fokus indivisu dan kelompok terhadap terhadap fakta-fakta temua diskusi di atas.

Hasil perumusan bisa disusun dalam sebuah cerita, pernyataan, janji, komitmen, dsigb sesuai dengan alam Penggalang. Misalnya, hasil perumusan Regu Gajah sbb :

Pada hari ini, 5 Mei 2013, kami regu Gajah menyatakan bahwa cinta alam sebagai kode kehormatan pramuka harus bisa menjadi gaya hidup dan tanggungjawab setiap anggota regu baik sebagai pribadi, sebagai anggota keluarga, sebagai anggota masyarakat, sebagian bagian dari bangsa Indonesia maupun sebagai bagian dari warga dunia.

Alam adalah tempat manusia hidup dan berpijak. Alam yang rusak akan mengancam kehidupan umat manusia. Ketika sampah berserakan, kotor dan bau, pohon-pohon mati, jalan kotor dan berdebu, sungai-sungai kering - tercemar saat kemarau dan banjir saat hujan, limbah rumah tangga dan limbah industri dibuang begitu saja, itulah tanda-tanda alam yang rusak.

Ketika alam rusak maka saatnya  kita semua untuk kembali memperbaiki dan melestarikannya. Untuk itu pada hari ini seluruh anggota regu gajah akan :

Satu : Menjadi duta lingkungan untuk mengingatkan siapa saja dengan santun agar berperilaku bersih, bersahabat dengan alam dan menjaga kelestariannya.

Dua : Tidak kenal lelah mengajak kawan, keluarga dan masyarakat untuk secara sendiri-sendiri atau bersama-sama mengatasi persoalan  lingkungan dari  persolan  kecil hingga yang besar.

Tiga :Setiap minggu kami akan bekerja bakti membersihkan selokan, taman-taman sekolah dan taman-taman kota, sungai-sungai dengan suka cita, suka rela dan penuh tanggungjawab.

Jakarta, 5 Mei 2013
Hidup Regu Gajah ..... Yesss...
Regu Gajah ..... Cinta Alam Sepanjang Hayat

Statemen hasil perumusan di atas bisa ditulis secara rapi dilengkapi dengan ilustrasi kemudian  dipasang sebagai hiasan dinding sangar gudep atau sesekali diikutkan dalam pameran Pramuka.


Penutup

Dari rangkain proses penerapan metode discovery di atas tampak ada beberapa hal yang layak dijadikan perhatian, seperti :
  • Kreativitas Pembina dituntut tinggi terutama dalam penguasaan tema dengan segala dimensinya karena akan menjadi bahan penyusunan Lembar Kerja Peserta Didik pada tiap tahapan.
  • Pembina harus aktif  mengobservasi tiap kelompok agar diskusi bisa berkembang dengan baik dan fokus pada tema.
  • Pendidikan nilai sesungguhnya tidak mudah karena pada diri para peserta didik pada dasarnya telah terinternalisasi begitu banyak nilai sebagai hasil interaksinya dengan berbagai jenis lingkungan. Pendidikan nilai yang baik adalah yang mampu mengungkap nilai-nilai yang telah "dimiliki" peserta didik kemudian membekalinya  agar mampu menyeleksinya mana nilai yang baik dan berguna mana yang tidak.
Metode ini banyak disarankan untuk peserta didik usia penggalang ke atas, namun demikian dengan modifikasi dan adaptasi seperlunya kemungkinan bisa juga diterapkan untuk siaga. Makin tinggi usia peserta didik tentu akan  akan makin komplek  sudut pandang masalah dan penyelesainnya, tentu saja  kemudian akan membutuhkan penyusunan lembar kerja yang lebih njlimet.


Pada akhirnya yang penting disadarai metode hanyalah sekedar alat. Oleh sebab itu jangan pernah ragu menginovasi dan mengadaptasinya  bagi kepentingan peserta didik. Metode discovery termbimbing bisa dilakukan untuk materi pendidikan apa saja.


Selamat Mencoba, salam Pramuka

Morse Dalam Kegiatan Kepramukaan


 Pengantar 

  • Sebelum ditemukan Morse oleh Samuel Finley Breese Morse pada tahun 1832, sudah banyak cara yang dilakukan oleh manusia untuk menyampaikan berita dengan cepat dari satu tempat ketempat lain. Cara pertama dilakukan oleh Homerus Ilias yang menggunakan api yang berasap, yang disusun menurun kode-kode berita seperti yang dilakukan oleh suku Indian Amerika.
  • Selanjutnya ditemukan alat tilgram yang menggunakan ketukan-ketukan suara yang diatur panjang dan pendek untuk rnengirirn berita. Juga dipergunakan isyarat cahaya untuk mengirimkan berita yang dimengerti oleh markonis-markonis seluruh dunia. Pada tahun 1832 Morse merancang sebuah alat Telegraf yang pertama, dan pada tahun 1844 terjadilah hubungan telegraf yang pertama kali di dunia antara kota Baltimore dengan Washington, tepatnya pada tangal 27 Mei 1844.
  • Kode-kode Morse untuk mengirim berita sederhana sekali yaitu berupa alfabet Morse yang mudah dimengerti  dan dipelajari
Alfabet Morse






Alat untuk Menyampaikan Morse
  1. Dengan Peluit (Bunyi Pendek dan Panjang).
  2. Dengan Bendera (Kibaran Pendek dan Kibaran Panjang).
  3. Dengan Api/cahaya Lampu (Nyala pendek dan Panjang).
  4. Dengan Asap (Gumpalan Kecil-dan Gumpalan Besar).
  5. Dengan AIat Telegraf (Tulisan Titik dan Garis).
  6. Cermin dengan bantuan cahaya matahari (Sebentar dan Lama).

Cara Bersemboyan Morse Bendera


Yang Penting Diingat
  1. Pada waktu memberi isyarat Morse perlu diperhatikan antara perbedaan TITIK dan GARIS, yaitu 1 : 3.
  2. Misalnya untuk Titik 1(satu) detik, maka untuk Garis adalah 3 (tiga) detik.

Rumah Morse

Alat bantu untuk menghafal morse

 

Keterangan : 
  1. Kotak = titik (.)     Kotak arsir = strip/garis (-)
  2. Semua huruf yang dimulai dengan titik ( . ) carilah di sebelah kiri.
  3. Semua huruf yang dimulai dengan strip ( - ) carilah di sebelah kanan.
  4. Cara mencarinya dari kotak di atas turun lurus ke bawah. 
Yang perlu diketahui dalam Mengirim dan Menerima Semaphore

 


Selamat berlatih, Salam Pramuka

Pembina Pramuka : Fungsi, Peran & Model Pembawaannya




Funqsi dan Peran Pembina Pramuka

Dalam mejalankan tugas sebagai pendidik yang menggunakan alam bebas sebagai sarana belajar, "Pembina" mempunyai beberapa fungsi dan peran. Fungsi-fungsi ini seringkali tidak dapat dipisahkan antara fungsi yang satu dengan fungsi yang lainnya serta digunakan bersamaan pada waktu dan saat yang tepat. Fungsi dan Peran Pembina tersebut adalah :
  1. Pengamat : Tugas seorang Pembina untuk mengamati dan memantau perkembangan dan tingkah laku individu dan dinamika kelompok. Dalam proses pengamatan ini, seorang pembina tentunya harus menyadari pentingnya membawa "note book" yang berguna untuk mencatat hal-hal yang penting selama pengamatan berlangsung.
  2. Keterampilan Pembina : Seorang pembina harus memastikan bahwa dalam melakukan kegiatan di alam bebas dapat berjalan dengan aman (berkemah, mendaki gunung, memanjat, rafting, snorkeling, dan sebagainya).
  3. Penjaga Keamanan : Memastikan bahwa peserta/kelompok selalu dalam keadaan aman. Sisi samping dari fungsi ini adalah untuk mengantisipasi keadaan bahaya atau beresiko tinggi,maka pembina harus menguasai teknik-teknik P3K, minimal sesuai dengan ruang alam bebas yang sedang digunakan.
  4. Fasilitator : Memberikan dan menyediakan fasilitas bagi peserta atau kelompok kursus untuk belajar. Fasilitas yang dimaksud disini adalah selain sarana pelatihan dan pendidikan juga metode dan teknik-teknik pengajaran yang tepat untuk peserta atau kelompok.
  5. Presenter : Pembina juga harus menguasai teknik-teknik presentasi yang baik. Presentasi yang dimaksud adalah mencakup juga prensentasi dalam berdinamika kelompok di outdoor.
  6. Translator : Setiap pribadi dalam kelompok biasanya memiliki watak karakteristik, dan gaya komunikasi yang berbeda-beda. Tugas Pembina adalah menjembatani perbedaan ini, karena jika terjadi konflik komunikasi dan tidak ditengahi, dapat merusak proses pelatihan atau dinamika kelompok.
  7. Penasehat : Berkaitan dengan fungsi fasilitas, seorang pembina juga harus mempersiapkan dirinya menjadi seorang penasehat yang tidak menasehati. Pembina haruslah melayani dengan penuh Empati.
  8. Panutan : Seorang Pembina dituntut menjadi panutan bagi peserta. Orang yang melaksanakan tugas dengan sungguh-sungguh, taat pada tata tertib, disiplin dan sebagainya. Tingkah laku dan tindakan pembina akan selalu dilihat oleh peserta, baik disaat senggang/santai maupun saat menjalankan aktifitas.
  9. Pemimpin : Menjadi seorang pemimpin di dalam kelompok peserta didik adalah salah satu tugas dan peran Pembina di dalam sebuah kegiatan.
  10. Perencana Kegiatan : Fungsi Pembina yang paling tinggi dan mungkin puncak dalam tugasnya adalah menyusun suatu program kegiatan yang dibutuhkan oleh peserta didik. Penyusunan program kegiatan adalah faktor penting dalam menjamin tercapainya tujuan kegiatan. 
Pembina adalah seorang pendidik yang unik, menggunakan metode yang unik, ruangan belajar yang luas (outdoor), memiliki peserta didik dengan latar belakang yang beragam dan secara individu, maupun kelompok. Fungsi dan peran yang dijabarkan diatas mengambarkan secara implisit ke-khasan seorang pembina. Mana yang tepat digunakan, semua tergantung dari tugas yang dijalankan dan kebutuhan yang harus dipenuhi. Satu hal yang pasti, pengalaman dan kemauan belajar akan mendukung kemampuan seorang Pembina dalam menjalankan tugas dan peran yang diharapkan dari dirinya. 

Pembawaan & Gaya Pembina Pramuka

Teknik-teknik memfasilitasi adalah sebuah proses belajar melalui pengalaman (petualangan, permainan dan sebagainya) telah mengalami beberapa evolusi perubahan. Teknik-teknik ini disusun berdasarkan tingkat penemuannya dan tingkat kesulitannya. Mereka adalah :

Membiarkan pengalaman berbicara sendiri ((Letting the Experience speak for it self)
Gaya fasilitasi ini tergantung penuh pada keandalan suatu program, oleh karena peserta harus menangkap sendiri maknanya yang terkandung melalui program yang dijalankan (program harus benar-benar disusun rapih dan teratur).

Berbicara atas pengalaman (Speaking for the Experience)
Pembina, umumnya dalam peran sebagai seorang konsultan atau ahli, yang dapat menerjemahkan kegiatan yang baru berlangsung oleh peserta. Pembina memberitahu mereka apa yang mereka pelajari dan bagaimana mereka menerapkan di masa yang akan datang.

Membahas pengalaman (Debriefing the Experience)
Para peserta diminta untuk memikirkan ulang (refleksi) apa yang mereka jalankan dan membicarakan apa yang mereka pelajari dari kegiatan tersebut. Teknik ini mulai muncul dipertengahan tahun 70-an dan popular di AS dengan sebutan "Outward Bound Plus".

Memberikan masukan langsung diawal kegiatan (Directly frontloading the Experience)
Penambahan masukan pada briefing awal selain peraturan permainan dan peraturan keselamatan. Pembina membahas di awal kegiatan.

Memberikan batasan pada pengalaman (Framing the Experience)
Kegiatan yang akan dijalankan dibatasi secara isomorph oleh Pembina. lsomorph adalah suatu kiasan yang dibuat oleh Pembina agar peserta dapat membuat kaitan antara kegiatan yang akan dilaksanakan dengan kebutuhan mereka.

Memberikan masukan tidak langsung diawal kegiatan ((lndirectly frontloading the Experience)
Teknik ini umumnya digunakan Pembina apabila peserta terus-menerus menemui kesulitan yang sama pada saat kegiatan berlangsung. Untuk membatasi hal-hal tersebut Pembina umumnya memberikan masukan secara tidak langsung :
  • Mengingat keberhasilan dan kesulitan yang telah mereka alami.
  • Memberikan bayangan-bayangan alternatif penyelesaian.
  • Memberikan contoh tidak langsung.
  • Menghilangkan hal-hal yang membuat mereka " Stuck".
  • Secara pro aktif mem "framing" kegiatan.
Pada tiga gaya terahir pembahasan dititikberatkan pada teknik praktik dari Pembina untuk meningkatkan pelajaran yang didapat peserta dari kegiatan-kegiatan, dan memudahkan untuk menerapkan pada masa yang akan datang.  Ketiga teknik ini dapat dipercaya bahwa perubahan tingkah laku dipengaruhi pengalaman langsung, dibandingkan oleh analogi yang diciptakan pada saat diskusi akhir atau setelah kegiatan selesai berlangsung.