Senin, 03 Juni 2013

tentang persepsi


entang Persepsi
Pengertian persepsi menurut Davidoff adalah stimulus yang diindera oleh individu dan diorganisasikan kemudian diinterpretasikan sehingga individu menyadari, mengerti tentang apa yang diinderanya itu. Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan yaitu merupakan proses yang berwujud diterimanya stimulus oleh individu melalui alat reseptornya. Namun proses itu tidak berhenti sampai disitu saja melainkan stimulus itu diteruskan ke pusat susunan syaraf yaitu otak, dan terjadilah proses psikologis sehingga individu menyadari apa yang ia dengar dan sebagainya.
Adapun menurut Dimyati mengemukakan bahwa persepsi adalah penafsiran stimulus yang telah ada dalam otak. Sedangkan menurut Jalaluddin Rahmat persepsi adalah pengalaman tentang obyek peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi berarti memberikan makna pada stimulus inderawi (Sensory Stimulus).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, nampak jelas bahwa di dalam pengertian persepsi mengandung muatan :
(1)adanya proses penerimaan stimulus melalui alat indera,
(2)adanya proses psikologis di dalam otak,
(3)adanya kesadaran dari apa yang telah diinderakan,
(4)memberikan makna pada stimulus.
Dengan demikian pengertian persepsi dapat disimpulkan sebagai suatu tanggapan atau penilaian terhadap suatu obyek tersebut, yang kemudian dilanjutkan dengan proses psikologis di dalam otak, sehingga individu dapat menyadari dan memberikan makna terhadap obyek yang telah diinderakan tersebut.
Persepsi seseorang selalu didasarkan pada kejiwaan berdasarkan rangsangan yang diterima oleh inderanya. Disamping itu persepsi juga didasarkan pada pengalaman dan tujuan seseorang pada saat terjadi persepsi. Persepsi merupakan suatu pengalaman tentang suatu obyek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan mengumpulkan informasi dan menafsirkan pesan.
Organisme dirangsang oleh suatu masukan tertentu (obyek dari luar peristiwa dan lain-lain) dan organisme itu merespon dan menggabungkan masukan itu dengan salah satu kategori obyek-obyek atau peristiwa-peristiwa. Obyek-obyek disekitar kita dapat ditangkap dengan indera dan diproyeksikan pada bagian-bagian tertentu diotak sehingga tubuh dapat mengamati obyek tersebut. Sebagian tingkah laku dan penyesuaian individu ditentukan oleh persepsinya. Teori diatas dapat dikatakan bahwa persepsi merupakan proses aktif dimana yang memegang peran bukan hanya stimulus yang mengenai, tetapi juga individu sebagai kesatuan dengan pengalaman baik yang di dapat secara langsung maupun melalui proses belajar.
Individu dalam melakukan pengalaman untuk mengartikan rangsangan yang diterima, agar proses pengamatan tersebut terjadi maka perlu obyek yang diamati, alat indera yang cukup baik dan perhatian. Itu semua merupakan langkahlangkah sebagai suatu persiapan dalam pengamatan yang ditujukan dengan tahap demi tahap, yaitu tahap pertama merupakan tanggapan yang dikenal sebagai proses kealaman atau proses fisik, merupakan ditangkapnya stimulus dengan alat indera manusia. Sedangkan tahap kedua adalah tahap yang dikenal orang dengan proses fisiologi merupakan proses diteruskannya stimulus yang diterima oleh perseptor ke otak melalui syaraf-syaraf sensorik, dan tahap ketiga dikenal dengan proses psikologi merupakan proses timbulnya kesadaran individu tentang stimulus yang diterima oleh perseptor1.
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terbentuknya Persepsi
Ada tiga faktor yang mempengaruhi terbentuknya persepsi yaitu perhatian, karakteristik orang yang mempersepsi dan sifat stimuli yang dipersepsi. Adapun uraian dari ketiga faktor itu adalah :
a. Faktor Perhatian
Perhatian adalah pemusatan indera kepada hal-hal tertentu yang terjadi dalam pengalaman dan mengabaikan masalah-masalah lain. Perhatian menyaring atau menyeleksi informasi inderawi yang diterima. Dengan demikian yang dipersepsikan bukan semua stimuli inderawi, namun yang menarik perhatian.
b. Faktor karakteristik yang dipersepsi
Yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli saja, melainkan juga karakteristik orang yang menerima stimuli dan memberi respon stimuli tersebut. Misalnya kebutuhan dan pengalaman masa lalu dan faktor-faktor personal.
c. Faktor sifat stimuli yang dipersepsi
Pengaruh terbentuknya persepsi selain perhatian dan karakteristik orang yang mempersepsi juga berasal dari sifat stimuli semata-mata. Jadi sebagaimana adanya stimuli yang diterima oleh indera manusia juga mempengaruhi terbentuknya persepsi.
Persepsi adalah merupakan proses pengamatan seseorang yang berasal dari Individu mengamati obyek psikologik dengan persepsinya sendiri.
Persepsi tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor pengalaman, proses belajar, cakrawala dan pengetahuannya. Faktor pengalaman dan proses belajar member bentuk dan struktur terhadap apa yang dilihat, sedang cakrawala dan pengetahuan memberi arti terhadap obyek psikologis. Melalui komponen kognisi akan timbul ide, kemudian konsep apa yang dilihat. Melalui komponen afeksi memberi evaluasi emosional terhadap obyek, komponen konasi menentukan kesiapan jawaban berupa tindakan terhadap obyek. Atas dasar ini situasi yang semula tidak seimbang menjadi seimbang kembali. Keseimbangan dalam situasi ini berarti bahwa antara obyek yang dilihat sesuai dengan penghayatannya dimana unsur nilai dan norma dirinya dapat menerima secara rasional dan emosional. Jika situasi ini tidak tercapai, maka individu menolak dan reaksi yang timbul adalah sikap apatis, acuh tak acuh, atau menentang sampai ekstrim memberontak. Keseimbangan ini dapat kembali jika persepsi bisa diubah melalui komponen kognisi.
David Krench dan Richard S. Crutchfield membagi faktor-faktor yang menentukan persepsi menjadi dua yaitu :
a. Faktor Fungsional
Yang dimaksud faktor fungsional adalah faktor yang berasal dari
kebutuhan, pengalaman, masa lalu dan hal-hal yang termasuk apa yang kita sebut sebagai faktor-faktor personal. Faktor personal yang menentukan persepsi adalah obyek-obyek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi.
b. Faktor Struktural
Faktor struktural adalah faktor yang berasal semata-mata dari sifat.
Stimulus fisik efek-efek syaraf yang timbul pada sistem syaraf individu. Faktor struktural yang menentukan persepsi, menurut teori gestalt bila kita ingin persepsikan sesuatu, kita mempersepsikannya sebagai suatu keseluruhan. Bila kita ingin memahami suatu peristiwa kita tidak dapat meneliti faktor-faktor yang terpisah, kita harus memandangnya dengan hubungan keseluruhan.
Syarat-Syarat Terjadinya Persepsi Beberapa syarat sebelum individu mengadakan persepsi adalah :
a. Adanya Obyek (sasaran yang dituju)
Obyek atau sasaran yang diamati akan menimbulkan stimulus atau
rangsangan yang mengenai alat indera. Obyek dalam hal ini adalah nilai-nilai kepahlawanan Mohammad Hatta dalam proses belajar mengajar akan memberikan stimulus yang akan ditanggapi oleh siswa.
b. Alat Indera atau Reseptor
Alat indera atau reseptor yang dimaksud adalah alat indera untuk
menerima stimulus kemudian diterima dan diteruskan oleh syaraf sensorik yang selanjutnya akan disimpan dalam susunan syaraf pusat yaitu otak sebagai pusat kesadaran.
c. Adanya Perhatian
Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya
perhatian yaitu langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam mengadakan persepsi, tanpa perhatian tidak akan terjadi persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan obyek.
Pada proses persepsi terdapat komponen-komponen dan kegiatan-kegiatan
kognisi dengan memberikan bentuk dan struktur bagi obyek yang ditangkap oleh panca indera, sedangkan pengetahuan dan cakrawala akan memberikan arti terhadap obyek yang ditangkap atau dipersepsikan individu, dan akhirnya konasi individu akan berperan dalam menentukan terjadinya jawaban yang berupa sikap dan tingkah laku individu terhadap obyek yang ada.
Syarat individu untuk mempersepsi suatu obyek atau peristiwa adanya
obyek yang dijadikan sasaran pengamatan, dimana obyek tersebut harus benarbenar diamati dengan seksama, dan untuk mengamati suatu obyek atau peristiwa perlu adanya indera yang baik karena kalau tidak individu tersebut menjadi salah mempersepsi. Demikian pula dalam mempersepsi penokohan Mohammad Hatta, ia memerlukan pengamatan, pengenalan yang seksama melalui alat inderanya terhadap obyek persepsi, sehingga dengan pengamatan dan pengenalan yangmendalam dan seksama itulah diharapkan siswa akan mempersepsi obyek tersebut dengan benar atau positif.

Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem based learning)


Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem based learning)

Pembelajaran sebagai suatu sistem instruksional mengacu pada pengertian sebagai perangkat komponen yang saling bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan Pembelajaran terjemahan dari kata “instruction” yang terdiri dari self instruction (dari dalam internal) dan eksternal instruction (dari eksternal). Pembelajaran yang bersifat internal antara lain datang dari guru yang disebut teaching atau pengajaran. Dalam pembelajaran yang bersifat eksternal prinsip-prinsip belajar dengan sendirinya akan menjadi prinsipprinsip pembelajaran .
Dari pengertian diatas dapat dikatakan bahwa pembelajaran dapat berhasil jika ada feed back atau balikan yang baik antara guru dengan peserta didik atau siswa. Seorang guru harus berusaha sebaik mungkin agar siswa dapat membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir dan memahami apa yang dipelajari, sehingga akan membentuk suatu perubahan pada diri siswa sesuai dengan minat dan kemampuan masing-masing. Jika sudah terjadi feed back antara guru dan siswa maka diharapkan tujuan pembelajaran tersebut dapat tercapai.
Pada hakekatnya pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik secara terprogram agar siswa mampu belajar secara aktif. Proses pembelajaran dilakukan untuk mengembangkan aktivitas dan kreativitas siswa. Sebagai suatu sistem, pembelajaran meliputi suatu komponen, antara lain tujuan, bahan, siswa, guru, metode, situasi, dan evaluasi. Agar tujuan itu tercapai, semua komponen yang ada harus diorganisasikan sehingga antar semua komponen terjadi kerjasama, karena itu guru tidak hanya memperhatikan komponen-komponen tertentu saja, tetapi ia harus memperhatikan dan mempertimbangkan komponen secara keseluruhan.
Salah satu model yang dilakukan untuk menarik perhatian siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung yaitu melalui pembelajaran dengan melakukan apersepsi atau pembukaan dengan menghubungkan materi yang telah disampaikan dengan materi yang akan disampaikan. Apersepsi ini dilakukan untuk menarik perhatian siswa sehingga siswa fokus pada materi yang diberikan dan dalam pemberian materi sebaiknya harus disertai media yang mendukung sehingga proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien, kemudian mengakhiri pelajaran dengan menarik kesimpulan. Variasi gaya penyajian, model pembelajaran, menggunakan media yang menarik disesuaikan dengan materi pelajaran, maka diharapkan proses pembelajaran tersebut sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan dan dapat mencetak sumber daya manusia yang berkualitas.
Tujuan pembelajaran adalah membantu siswa agar memperoleh berbagai pengalaman dan merubah tingkah laku siswa, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Perubahan tingkah laku yang dimaksud meliputi pengetahuan, ketrampilan dan nilai atau norma yang berfungsi sebagai pengendali sikap dan prilaku siswa Dalam rangka mencapai tujuan kurikuler lembaga menyelenggarakan serangkaian kegiatan pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan. Setiap kegiatan mengandung tujuan tertentu, yaitu suatu tuntutan agar subjek belajar setelah mengikuti proses pembelajaran menguasai sejumlah pengetahuan, ketrampilan dan sikap sesuai dengan isi
proses pembelajaran tersebut.
Komponen-Komponen Pembelajaran
Kegiatan belajar mengajar adalah inti kegiatan dalam pendidikan. Segala sesuatu yang telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam proses belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar mengajar akan melibatkan semua komponen pengajaran untuk menentukan sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai. kegiatan belajar mengajar sebagai suatu sistem mengandung sejumlah komponen yang meliputi tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, metode, alat dan sumber serta evaluasi.
a. Tujuan
Dalam kegiatan belajar mengajar, tujuan adalah cita-cita yang ingin disampaikan dalam kegiatannya. Dimana terdapat sejumlah nilai yang harus ditanamkan kepada anak didik.
b. Bahan Pelajaran
Bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses belajar mengajar. Bahan sebagai sumber belajar membawa pesan untuk tujuan pengajaran.
c. Kegiatan Belajar Mengajar
Kegiatan belajar mengajar adalah inti kegiatan dalam pendidikan. Segala sesuatu yang telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam proses belajar mengajar. Kegiatan belajar mengajar akan menentukan sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai.
d. Metode
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir.
e. Alat
Alat adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Alat mempunyai fungsi yaitu alat sebagai perlengkapan, alat sebagai pembantu mempermudah usaha mencapai tujuan dan alat sebagai tujuan.
f. Sumber Pelajaran
Sumber belajar merupakan bahan / materi untuk menambah ilmu pengetahuan yang mengandung hal-hal baru bagi si pelajar.
Segala sesuatu dapat dipergunakan sebagai sumber belajar sesuai dengan kepentingan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
g. Evaluasi
Evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dan sesuatu.
Model Pembelajaran
Istilah Model pembelajaran dibedakan dari istilah strategi, metode, dan prinsip pembelajaran. Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada strategi, metode , dan prinsip pembelajaran. Model pembelajaran adalah suatu pola yang digunakan sebagai
pedoman dalam pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam setting tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lainlain.
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melakukan aktivitas pembelajaran. Kegiatan belajar yang telah dirancang dan dilaksanakan dengan penuh keahlian guru dapat menghasilkan suasana dan proses pembelajaran yang efektif.
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistematik dalam mengkoordinasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar, yang berfungsi sebagai pedoman guru dalam merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran, mengelola lingkungan pembelajaran dan mengelola kelas. Dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran diperlukan perangkat pembelajaran yang dapat disusun dan dikembangkan oleh guru.
Macam-Macam Model Pembelajaran
Model pembelajaran terdiri dari model pembelajaran langsung (Direct instruction), model pembelajaran kooperatif, (Cooperatif learning), model pembelajaran berdasarkan masalah (Problem based learning), model pembelajaran diskusi (Discussion), dan model pembelajaran strategi (Learning strategi).
a. Pembelajaran langsung (Direct Instruction)
Pembelajaran langsung (direct instruction) adalah pembelajaran yang dirancang untuk meningkatkan hasil belajar siswa tentang pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural, yang disusun dengan baik dan diajarkan secara bertahap (step by step). Yang dimaksud pengetahuan deklaratif adalah pengetahuan untuk mengetahui tentang sesuatu sedangkan pengetahuan prosedual adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu
b. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Kauchak dan Eggen mendefinisikan belajar kooperatif sebagai bagian dari strategi mengajar yang digunakan siswa untuk membantu satu dengan yang lain dalam mempelajari sesuatu. Pembelajaran kooperatif juga dinamakan ”pengajaran teman sebaya”
c. Pembelajaran berdasarkan masalah (Problem-Base Instruction)
Pembelajaran berbasis masalah adalah pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik sehingga siswa dapat menyusun pengetahuan sendiri , menumbuhkan ketrampilan yang lebih tinggi dan inquiri, memandirikan siswa, dan dapat meningkatkan kepercayaan diri sendiri
Masalah autentik diartikan sebagai masalah kehidupan nyata yang ditemukan siswa dalam kehidupan sehari-hari.
d. Diskusi (Discussion)
Diskusi adalah suatu model pembelajaran yang memungkinkan berlangsungnya dialog antar guru dan siswa , serta antara siswa dengan siswa.
e. Learning Strategis
Pengajaran yang baik meliputi mengajarkan siswa bagaimana belajar, bagaimana mengingat, bagaimana berpikir dan bagaimana memotivasi diri sendiri.
Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
Sebagai landasan pengertian mengenai apa yang dimaksud dengan pembelajaran berbasis masalah:
Pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berfikir kritis dan ketrampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh
pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. Pembelajaran berbasis masalah digunakan untuk merangsang berfikir tingkat tinggi dalam situasi berorientasi masalah
Pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang cirri utamanya pengajuan pertanyaan atau masalah, memusatkan pada keterkaitan antar disiplin, penyelidikan autentik, kerjasama dan
menghasilkan karya atau hasil peraga. Model pembelajaran menyajikan masalah autentik dan bermakna sehingga siswa dapat melakukan penyelidikan dan menemukan sendiri.
Model ini bercirikan penggunaan masalah kehidupan nyata sebagai sesuatu yang harus dipelajari siswa untuk melatih dan meningkatkan kemampuan berfikir kritis dan menyelesaikan masalah, serta mendapat pengetahuan konsep-konsep penting. Pendekatan pembelajaran ini mengutamakan proses belajar dimana tugas guru harus memfokuskan diri untuk membantu siswa mencapai ketrampilan mengarahkan diri. Pembelajaran berdasarkan masalah penggunaannya di dalam tingkat berfikir lebih, dalam situasi berorientasi pada masalah, termasuk bagaimana belajar.
Guru dalam pembelajaran berdasarkan masalah berperan sebagai penyaji masalah, penanya, mengadakan dialog membantu menyelesaikan masalah, dan memberi fasilitas penelitian. Selain itu guru menyiapkan dukungan dan dorongan yang dapat meningkatkan pertumbuhan intelektual siswa. Pembelajaran berdasarkan masalah hanya dapat terjadi jika guru dapat menciptakan lingkungan kelas yang terbuka dan membimbing pertukaran gagasan.
Tujuan Pembelajaran Berbasis Masalah
a. Membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir, memecahkan masalah, dan ketrampilan intelektual.
b. Melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran melalui pengalaman nyata atau simulasi sehingga ia dapat mandiri
Ciri-Ciri Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran Berbasis Masalah memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Pengajuan Masalah atau Pertanyaan
Pengaturan pembelajaran masalah berkisar pada masalah ataunpertanyaan yang penting bagi siswa maupun masyarakat. Pertanyaan dan masalah yang diajukan itu haruslah memenuhi kriteria sebagai berikut:
1 Autentik. Yaitu masalah harus lebih berakar pada kehidupan dunia nyata dari pada berakar pada prinsip-prinsip disiplin ilmu tertentu.
2 Jelas. Yaitu masalah dirumuskan dengan jelas, dalam arti tidak menimbulkan masalah baru bagi siswa yang pada akhirnya menyulitkan penyelesaian siswa.
3 Mudah dipahami. Yaitu masalah yang diberikan hendaknya mudah dipahami siswa. Selain itu, masalah disusun dan dibuat sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.
4 Luas dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Yaitu masalah yang disusun dan dirumuskan hendaknya bersifat luas, artinya masalah tersebut mencakup seluruh materi pelajaran yang akan diajarkan sesuai dengan waktu, ruang dan sumber yang tersedia. Selain itu, masalah yang telah disusun tersebut harus didasarkan pada tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
5 Bermanfaat. Yaitu masalah yang disusun dan dirumuskan haruslah bermanfaat, baik bagi siswa sebagai pemecah masalah maupun guru sebagai pembuat masalah. Masalah yang bermanfaat adalah masalah yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir dan memecahkan masalah siswa serta membangkitkan motivasi belajar siswa.
b. Keterkaitan dengan Berbagai Masalah Disiplin Ilmu
Masalah yang diajukan dalam pembelajaran berbasis masalah hendaknya mengaitkan atau melibatkan berbagai disiplin ilmu.
c. Penyelidikan yang Autentik
Penyelidikan yang diperlukan dalam pembelajaran berbasis masalah bersifat autentik. Selain itu penyelidikan diperlukan untuk mencari penyelesaian masalah yang bersifat nyata. Siswa menganalisis dan merumuskan masalah, mengembangkan dan meramalkan hipotesis, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melaksanakan eksperimen, menarik kesimpulan dan menggambarkan hasil akhir.
d. Menghasilkan dan Memamerkan Hasil/Karya
Pada pembelajaran berbasis masalah, siswa bertugas menyusun hasil penelitiannya dalam bentuk karya dan memamerkan hasil karyanya. Artinya hasil penyelesaian masalah siswa ditampilkan atau dibuatkan laporannya.
e. Kolaborasi
Pada pembelajaran masalah, tugas-tugas belajar berupa masalah harus diselesaikan bersama-sama antar siswa dengan siswa , baik dalam kelompok kecil maupun besar, dan bersama-sama antar siswa dengan guru.
Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Penerapan model pembelajaran berbasis masalah terdiri dari lima langkah utama yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa.
Tahap 1 Orientasi siswa pada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan,
memotivasi siswa agar terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
Tahap 2 Mengorganisasi siswa untuk belajar
Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
Tahap 3 Membimbing penyelidikan individual dan kelompok
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalahnya.
Tahap 4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu berbagai tugas dengan temannya
Tahap 5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan dan proses-proses yang mereka gunakan

Kamis, 02 Mei 2013

Cara Membuat Proposal Kegiatan sekolah


Cara Membuat Proposal Kegiatan sekolah  Pengertian Proposal adalah sebuah tulisan yang memaparkan sebuah rencana kegiatan dengan lengkap, mulai dari latar belakang, tujuan, nama kegiatan, Tempat dan tanggal Pelaksanaan,Peserta, Acara, Dana, dan Panitia.

Pada umumnya Proposal dibuat akan di ajukan kepada pimpinan dan donatur, agar kegiatan yang dimaksud dalam proposal itu dapat di setujuai dan di berikan dana.

Sebagai bahan panduan untuk membuat proposal dibawah ini Blog PIB bagikan cara membuat proposal kegiatan sekolah :

I. Latar Belakang Dan Tujuan Kegiatan

1. Alasan pertama mengapa anda atau OSIS ingin mengadakan kegiatan ini. Misalnya untuk mengisi kekosongan jam setelah ujian semester 2.


2. Alasan kedua, ketiga dan seterusnya

II – Jenis Kegiatan

Jelaskan jenis kegiatan apa saja yang ingin diperlombakan, misalnya bola volly, futsal, tarik tambang, dll.

III – Waktu dan Tempat Kegiatan

Di mana anda ingin mengadakan kegiatan tersebut, dan bagaimana perijinannya? jelaskan dengan detail.

IV – Pelaksana Lomba

Jelaskan siapa saja yang akan terlibat dalam kegiatan ini mulai dari panitia, penanggung jawab, peserta, penonton, dll.

V – Fasilitas

Jelaskan fasilitas apa saja yang dibutuhkan untuk kegiatan ini.

VI – Pembiayaan

Rinci pembiayaan yang diperlukan untuk kegiatan tersebut misalnya konsumsi untuk pemain, panitia dan tamu undangan, perlengkapan seperti bola dan dll, p3k, hadiah untuk pemenang, dll. Jelaskan secara terperinci dan akurat.

Lampiran 1

Berisi susanan kepanitiaan.

Lampiran 2

Berisi detail taksiran dana yang dibutuhkan untuk kegiatan.

Lampiran 3

Berisi data-data lain yang dibutuhkan, lampiran bisa sampai lebih dari 3 jika memang datanya diperlukan.

Untuk lebih jelasnya silahkan Download contoh proposal kegiatan sekolah di bawah ini :

Demikianlah informasi tentang cara membuat proposal kegiatan sekolah, semoga dapat memberi manfaat bagi anda yang hendak membuat kegiatan. Sekian dan terimkasih.

Ambalan Arjuna sastrabahu dan Dewi Srikandi

seberapa kuat kita berdiri sendiri tidak akan mengalahkan kekuatanya ketika kita berdiri bersama sama....

this is arjuna and srikandi